Waspada Terhadap Manula Ngambek
Pinkan dan Violeta tinggal bersama ibu Seravi dan kakeknya di sebuah kota kecil. Kakek mereka sangat pelupa. Karena terlalu pelupa, kakek sering menggoreng burung peliharaan ibu dan memakanya. Sampai suatu hari ibu sangat marah dan memarahi kakek karenamenggoreng burung peliharaannya yang harganya sangat mahal.
”hwaa... ayah, kau menggoreng burung peliharaanku lagi ya?” teriak ibu ketika melihat kandang burung kesanyangannya kosong.
”Wuah, ayah lupa lagi. Maklum lah ayah kan sudah terlalu tua. Hehe..” kata kakek sambil menggaruk kepalanya.
”Huh, ayah sudah janji kan kalau makan burung peliharaankju lagi, maka ayah akan tinggal di panti jompo.” kata ibu.
”Hiks... Hiks... Anakku jahat kepadaku. Aku mau kabur saja.” Kata kakek sambil menangis dan berlari ke luar rumah.
”Ah kakek.. mau pergi kemana?” kata Pinkan.
”Sudahlah pinkan, besok kakekmu pasti sudah pulang.” Kata ibu.
Akhirnya kakek pergi dari rumah. Ia pun kebingungan mau pergi kemana. Ia hanya berjalan – jalan disekitar rumahnya sambil berbicara sendiri.
”Huh.. mereka jahat, tidak ada yang mengejarku. Kalau begini, aku akan jadiorang tua yang jahat dan merepotkan Seravi.” kata kakek berbicara pada dirinya sendiri.
Beberapa jam setelah kakek pergi, Violeta baru pulang kerja melihat demonstrasi di jalan. Dan ia melihat kakeknya menjadi pemimpin demonstrasi tersebut. Ternyata yang menjadi demonstran demonstran pada demonstrasi tersebut adalah orang – orang tua yang merasa tertindas oleh menanbtunya. Mereka menamai kelompok mereka dengan nama silver hairster.
Seelah sampai dirumah, Violeta menceritakan apa yang ia lihat di jalan kepada ibu Seravi dan Pinkan. Lalu Violeta dan Pinkan pergi ke jalan untuk menghentikan kakeknya yang sedang melakukan demonstrasi.
”Kakek, ayo pulang.” Kata Pinkan dan Violeta kepada Kakeknya
”Sekarang aku berubah jadi jahat. Dan aku tidak akan kembali kerumah Seravi yang tidak berperasaan itu. Tolong katakan itu pada ibumu.” kata kakek
”Tapi kalau orang sebanyak ini berjalan di jalan akan merepotkan orang lain” kata Pinkan.
”Baguslah kalau begitu. Besok kami pasti akan masuk surat kabar sebagai legenda gagah berani para manula silver hairster. Hahaha..” Kata kakek sambil tertawa.
Demonstrasi tersebut akhirnya keluar ke jalan raya dan membuat jalanan macet. Para demonstran pun tidak mempedulikan rambu – rambu lalu lintas, sehingga seringkali mereka hampir tertabrak oleh kendaraan di jalan itu.
”Kakek gak boleh menyebrang kek. Lihat baik – baik lampunya masih merah kan.” teriak Pinkan kepada kakeknya.
”Karena mata kakek sudah rabun jadi tidak terlalu kelihatan. Ho.. ho..” kata kakek sambil menyebrang jalan dengan santai.
”Pembohong..!!” teriak Pinkan dan Violeta.
Karena melihat manula – manula yang menyebrang seenaknya, Violeta pun turun ke jalanan untuk mengatur lalu lintas.
”Silahkan.. maaf ya, karena para manula sedang lewat disini jadi macet.” kata Violeta kepada pengendara mobil yang melintas di jalan raya.
Pinkan kebingungan melihat saudaranya yang justru memperlancar demonstrasi para manula.
”Kakak sedang apa?” tanya Pinkan.
”Hmm,, kalau tidak bisa dihentikan, kita harus mengatur lalu lintasnya kan...? biarlah mereka jalan sepuasnya, lagi pula Cuma sehari ini. Hahaa ” Kata Violeta.
Akhirnya Pinkan dan Violeta mengatur lalu lintas, sehingga para demonstran dapat dengan lancar berjalan melakukan demonstrasi.
”Wah, semuanya memberi jalan.” kata kakek.
”Kita yang jahat ini menang. Yeah..!!” kata seorang manula
”Kota ini jadi milik kita.” sahut manula lainnya
”Ayo kita perlihatkan jalan kaki yang legendaris ini” teriak para manula.
Tapi, sesuai dengan perkiraan Violeta. Demonstrasi tersebut bubar dikeesokan harinya. Kakek pun pulang ke rumah sambil mengeluh sakit pinggang karena berjalan terlalu jauh.
Surat kabar pun beredar dan mencatat kegiatan demonstrasi para manula kemarin. Di surat kabar tersebut menyatakan bahwa hampir semua anggota demonstrasi dirawat dirumah sakit.
”Uhm, itu karena sudah tua tapi masih memaksakan diri. Aah memalukan.” kata ibu Seravi sambil memijat pinggang kakek.
”Wuah,, wah,, mereka jadi meninggalkan legenda yang memalukan ya.. hehe” kata Pinkan.
Pinkan dan Violeta pun tertawa puas saat membaca surat kabar tersebut.
* * *