♥ christianti blog ♥
Senin, 28 Maret 2011
Kamis, 25 Maret 2010
Cerpen: Waspada Terhadap Manula Ngambek
Waspada Terhadap Manula Ngambek
Pinkan dan Violeta tinggal bersama ibu Seravi dan kakeknya di sebuah kota kecil. Kakek mereka sangat pelupa. Karena terlalu pelupa, kakek sering menggoreng burung peliharaan ibu dan memakanya. Sampai suatu hari ibu sangat marah dan memarahi kakek karenamenggoreng burung peliharaannya yang harganya sangat mahal.
”hwaa... ayah, kau menggoreng burung peliharaanku lagi ya?” teriak ibu ketika melihat kandang burung kesanyangannya kosong.
”Wuah, ayah lupa lagi. Maklum lah ayah kan sudah terlalu tua. Hehe..” kata kakek sambil menggaruk kepalanya.
”Huh, ayah sudah janji kan kalau makan burung peliharaankju lagi, maka ayah akan tinggal di panti jompo.” kata ibu.
”Hiks... Hiks... Anakku jahat kepadaku. Aku mau kabur saja.” Kata kakek sambil menangis dan berlari ke luar rumah.
”Ah kakek.. mau pergi kemana?” kata Pinkan.
”Sudahlah pinkan, besok kakekmu pasti sudah pulang.” Kata ibu.
Akhirnya kakek pergi dari rumah. Ia pun kebingungan mau pergi kemana. Ia hanya berjalan – jalan disekitar rumahnya sambil berbicara sendiri.
”Huh.. mereka jahat, tidak ada yang mengejarku. Kalau begini, aku akan jadiorang tua yang jahat dan merepotkan Seravi.” kata kakek berbicara pada dirinya sendiri.
Beberapa jam setelah kakek pergi, Violeta baru pulang kerja melihat demonstrasi di jalan. Dan ia melihat kakeknya menjadi pemimpin demonstrasi tersebut. Ternyata yang menjadi demonstran demonstran pada demonstrasi tersebut adalah orang – orang tua yang merasa tertindas oleh menanbtunya. Mereka menamai kelompok mereka dengan nama silver hairster.
Seelah sampai dirumah, Violeta menceritakan apa yang ia lihat di jalan kepada ibu Seravi dan Pinkan. Lalu Violeta dan Pinkan pergi ke jalan untuk menghentikan kakeknya yang sedang melakukan demonstrasi.
”Kakek, ayo pulang.” Kata Pinkan dan Violeta kepada Kakeknya
”Sekarang aku berubah jadi jahat. Dan aku tidak akan kembali kerumah Seravi yang tidak berperasaan itu. Tolong katakan itu pada ibumu.” kata kakek
”Tapi kalau orang sebanyak ini berjalan di jalan akan merepotkan orang lain” kata Pinkan.
”Baguslah kalau begitu. Besok kami pasti akan masuk surat kabar sebagai legenda gagah berani para manula silver hairster. Hahaha..” Kata kakek sambil tertawa.
Demonstrasi tersebut akhirnya keluar ke jalan raya dan membuat jalanan macet. Para demonstran pun tidak mempedulikan rambu – rambu lalu lintas, sehingga seringkali mereka hampir tertabrak oleh kendaraan di jalan itu.
”Kakek gak boleh menyebrang kek. Lihat baik – baik lampunya masih merah kan.” teriak Pinkan kepada kakeknya.
”Karena mata kakek sudah rabun jadi tidak terlalu kelihatan. Ho.. ho..” kata kakek sambil menyebrang jalan dengan santai.
”Pembohong..!!” teriak Pinkan dan Violeta.
Karena melihat manula – manula yang menyebrang seenaknya, Violeta pun turun ke jalanan untuk mengatur lalu lintas.
”Silahkan.. maaf ya, karena para manula sedang lewat disini jadi macet.” kata Violeta kepada pengendara mobil yang melintas di jalan raya.
Pinkan kebingungan melihat saudaranya yang justru memperlancar demonstrasi para manula.
”Kakak sedang apa?” tanya Pinkan.
”Hmm,, kalau tidak bisa dihentikan, kita harus mengatur lalu lintasnya kan...? biarlah mereka jalan sepuasnya, lagi pula Cuma sehari ini. Hahaa ” Kata Violeta.
Akhirnya Pinkan dan Violeta mengatur lalu lintas, sehingga para demonstran dapat dengan lancar berjalan melakukan demonstrasi.
”Wah, semuanya memberi jalan.” kata kakek.
”Kita yang jahat ini menang. Yeah..!!” kata seorang manula
”Kota ini jadi milik kita.” sahut manula lainnya
”Ayo kita perlihatkan jalan kaki yang legendaris ini” teriak para manula.
Tapi, sesuai dengan perkiraan Violeta. Demonstrasi tersebut bubar dikeesokan harinya. Kakek pun pulang ke rumah sambil mengeluh sakit pinggang karena berjalan terlalu jauh.
Surat kabar pun beredar dan mencatat kegiatan demonstrasi para manula kemarin. Di surat kabar tersebut menyatakan bahwa hampir semua anggota demonstrasi dirawat dirumah sakit.
”Uhm, itu karena sudah tua tapi masih memaksakan diri. Aah memalukan.” kata ibu Seravi sambil memijat pinggang kakek.
”Wuah,, wah,, mereka jadi meninggalkan legenda yang memalukan ya.. hehe” kata Pinkan.
Pinkan dan Violeta pun tertawa puas saat membaca surat kabar tersebut.
* * *
Cerpen : Partner Sempurna
Partner Sempurna
Meyti adalah seorang gadis yang berusia 15 tahun. Saat ini ia bersekolah di SMA St. Violenza kelas 10. Di sekolah, Meyti adalah murid yang tidak terlalu pintar. Setiap ulangan ia tidak pernah menperoleh nilai di atas 60.
Setiap akhir tahun SMA St. Violenza selalu mengadakan ujian dalam pairgroup atau kelompok berpasangan. Setiap siswi perempuan di SMA St. Violenza akan berpasangan dengan Siswa laki-laki SMA St. Violenza untuk mengerjakan suatu ujian. Nilai dari kedua murid dalam pairgroup tersebut akan dijumlahkan. Pasangan pairgroup yang yang memperoleh nilai terbesar akan menjadi pemenang dan akan mendapatkan hadiah dari kepala sekolah.
Besok adalah pembagian kelompok pairgroup. Setiap murid SMA St. Violenza akan mendapatkan amplop yang berisi nama pasangan mereka. Akhirnya pembagian pasangan dalam pairgroup pun dilakukan oleh kepala sekolah. Setelah membaca amplop yang berisi pasangan pairgroup dari kepala sekolah, Meyti sangat kaget dan tidak percaya. Ternyata ia akan berpasangan dengan Marcel dalam ujian Pairgroup minggu depan. Marcel adalah siswa terpintar di SMA St. Violenza. Selain pintar Marcel juga adalah siswa yang tampan dan disukai oleh siswi – siswi perempuan di SMA St. Violenza.
“Wah, Meyti kamu akan berpasangan dengan Marcel dalam pairgroup nanti. Marcel
“Iya, Selain pintar marcel juga tampan loh. Hahaha aku jadi iri nih. ” Kata Dewi sahabat Meyti sambil menepuk pundak Meyti.
“Tapi aku takut membuat prestasi marcel menurun. Aku ini kan bodoh sedangkan marcel adalah siswa terpintar di sekolah ini.” Kata Meyti sambil menggigit kuku jarinya.
“Sudahlah Meyti kamu jangan berkata seperti itu. Seharusnya kamu senang bisa berpasangan dengan siswa yang pintar” Kata Cindy. Ia mencoba menyemangati Meyti yang merasa kurang percaya diri.
Meyti sangat bingung. Ia tidak mau prestasi marcel menurun setelah berpasangan dengannya dalam pairgroup. Saat istirahat, Marcel mengajak Meyti untuk belajar bersama sepulang sekolah.
“Meyti, setelah pulang sekolah kamu bisa belajar bersamaku
“Mmmh,, iya aku bisa.” Jawab Meyti dengan suara yang berdesis.
“Baiklah, aku tunggu kamu di perpustakaan sepulang sekolah” Kata Marcel sambil berlari menuju Kantin sekolah.
Akhirnya bel pulang sekolah berbunyi, Meyti segera berlari ke perpustakaan untuk belajar bersama Marcel. Ketika di perpustakaan, Marcel mengajari Meyti dengan sangat baik dan ia berusaha untuk menjelaskan bahan – bahan untuk ujian yang tidak dimengerti oleh Meyti.
“Apa kamu sudah mengerti pelajaran ini Meyti” Tanya Marcel dengan suara yang lembut.
“Iya, sepertinya aku sudah mengerti” Jawab Meyti sambil menatap Marcel.
Sebenarnya Meyti tidak mengerti dengan apa yang diajarkan Marcel di perpustakaan. Tetapi ia tidak mau membuat Marcel kecewa dengan apa yang sudah diajarkannya kepada Meyti.
Setelah sampai dirumah, Meyti segera mempelajari bahan - bahan ujian yang sudah diajarkan oleh Marcel kepadanya. Bahkan ia tidak tidur semalaman untuk mempelajari semua bahan ujian tersebut.
Hari sudah pagi, Meyti pun segera bersiap untuk pergi ke sekolah. Ketika di sekolah, Meyti tertidur saat jam pelajaran berlangsung. Marcel sangat mengkhawatirkan keadaan Meyti. Ia takut Meyti sakit dan tidak bisa mengikuti ujian pairgroup bersamanya. Saat bel istirahat, Marcel segera bertanya kepada Meyti yang sedang membaca buku di mejanya.
“Meyti, Tadi kenapa kamu tidur di ruangan kelas? Apa kamu sakit?” Tanya Marcel dengan nada yang serius.
“Aku baik – baik saja. Mungkin aku hanya kelelahan karena kemarin malam aku begadang untuk menghafal bahan ujian pairgroup.” Jawab Meyti dengan santai
“Apa? Meyti kamu tidak usah terlalu keras belajar. Apalagi sampai menyiksa dirimi seperti ini.” Kata Marcel dengan keras – keras.
“Aku, hanya ingin agar prestasimu tidak menurun setelah mengerjakan ujian pairgroup bersamaku. Karena aku ini kan bodoh sedangkan kamu adalah siswa terpintar di sekolah ini.” Kata Meyti sambil menangis.
“Hmm.. Sudahlah aku tidak akan terlalu mempermasalahkan nilai kita. Yang penting kamu bisa mengerjakan pairgroup dengan baik.” Kata Marcel sambil merapikan buku – buku yang sangat berantakan di atas meja Meyti.
“Terimakasih. Tapi aku tidak akan menyerah. Aku akan terus belajar dengan giat agar prestasimu tidak menurun” Kata Meyti
Akhirnya siswa kelas 10 melaksanakan ujian pairgroup. Dan besok pemenang ujian pairgroup akan dibacakan oleh kepala sekolah.
Ternyata pemenang dalam ujian pairgroup tersebut adalah pasanagan Meyti dan Marcel dengan nilai 100. Mereka berdua mendapatkan hadiah dari kepala sekolah. Kepala sekolah menghadiahkan makan malam romantis untuk mereka berdua di Restaurant Prancis. Mereka berdua sangat senang dengan makan malam terseut.
* * *
Cerpen Generasi terakhir permusuhan
Generasi akhir permusuhan keluarga
Di kota Rivalriesh terdapat dua keluarga yang selalu bertengkar. Dua keluarga tersebut adalah keluarga Prakoncodinoto dengan keluarga Prabowodiningrat. Dua keluarga tersebut sudah bermusuhan selama puluhan tahun. Permusuhan tersebut terus berlangsung secara turun temurun selama 7 generasi.
Keluarga Prakoncodinoto sangat menyukai anjing dan sangat tidak menyukai kucing, sedangkan keluarga Prabowodiningrat sangat menyukai kucing dan sacngat tidak menyukai anjing. Keluarga Prakoncodinoto tinggal bersebelahan dengan keluarga Prabowodiningrat. Walaupun sudah lama bertetangga, tetapi dua keluarga tersebut tidak pernah lupa dengan permusuhannya itu.
Keluarga Prabowodiningrat memiliki anak gadis yang bernama Marissa Lestarina Prabowodiningrat Kelurga Prakoncodinoto pun memiliki anak lelaki yang bernama Hadi Putra Prakoncodinoto. Marissa dan Hadi bersekolah di sekolah yang sama. Bahkan mereka berdua duduk bersebelahan. Walaupun demikian, setiap hari mereka berdua selalu bertengkar.
Setiap saat kakek Marissa selalu mengingatkan Marissa untuk tidak berteman dengan anak lelaki dari keluarga Prakoncodinoto.
“Hei Marissa, Kamu jangan pernah mau berteman dengan anak lelaki dari rumah sebelah itu.” Kata kakek Marissa. Ia sangat sering berkata seperti ini kepada cucunya.
“Kakek tidak usah khawartir, karena aku pasti tidak akan berteman dengan orang seperti dia.” Kata Marissa meyakinkan kakeknya sambil melamun membayangkan perbuatan Hadi yang sangat usil kepadanya.
Suatu saat ketika hujan turun, Marissa pulang sendirian. Ia sama sekali tidak memakai paying ataupun jas hujan. Ia terlihat sangat kedinginan. Hadi yang saat itu melihat Marissa di jalan merasa kasihan kepada Marissa. Lalu ia menghampiri Marissa dan memberikan jaketnya agar Marissa tidak kedinginan.
“Nih, pakai saja jaketku. Kelihatannya kamu sangat kedinginan.” Kata Hadi sambil memakaikan jaketnya pada Marissa.
“Terimakasih.” Kata Marissa.
Karena Marissa sangat kedinginan, ia tidak mau menolak jaket pemberian Hadi tersebut yang membuat ia merasa lebih hangat. Sehingga ia terpaksa memakai jaket milik musuh pembuyutannya tersebut.
Setelah tiba di rumah, ia selalu memikrkan Hadi musuh pembuyutannya tersebut. Ia bingung kenapa Hadi mau meminjamkan jaket kepadanya. Padahal setiap hari mereka berdua selalu bertengkar.
Keesokan harinya saat pulang sekolah, Marissa bertemu dengan Hadi di jalan menuju rumahnya. Lalu ia menghampiri Hadi untuk mengembalikan jaket yang kemarin Hadi pinjamkan kepadanya.
“Hadi, ini jaketmu terimakasih ya.” Kata Marissa dengan muka yang merah.
“Baunya wangi. Kamu mencucinya ya. Padahal tidak usah repot. Yasudah terimakasih ya.” Kata Hadi sambil berjalan meninggalkan Marissa.
Saat mengobrol dengan Hadi, Marsisa tidak menyadari bahwa kakeknya dari tadi mengikutinya dan menguping pembicaraanya dengan Hadi.
“Marissa, sudah berapa kali kakek ingatkan kamu untuk tidak berteman dengan anak dari keluarga Prakoncodiningrat.” Kata kakek Marissa sambil menarik tangan cucunya.
“Tapi, kenapa kek?” Kata Marissa sambil meneteskan air mata.
“Karena kita tidak sependapat dengan mereka yang mengatakan bahwa anjing lebih berguna daripada kucing. Dari generasi ke generasi sudah seperti itu.” Kata kakeknya membentak cucunya.
“Hanya karena alasan seperti itu, aku tidak boleh berteman dengan Hadi. Aku benci sekali pada kakek..!!!” Teriak Marissa sambil berlari pulang meninggalkan Hadi dan Kakeknya di jalan.
Suatu saat, Kucing kesayangan Marissa hilang. Marissa pun pergi mengelilingi kota untuk mencari kucing kesayangannya tersebut. Setelah beberapa jam mencari, ia melihat Hadi sedang memeluk kucing kesayanganya yang hilang itu. Lalu Marissa menghampiri Hadi untuk mengambil kucingnya.
“Hadi, itu kucingku yang hilang kan..? Hmm, aku pikir kamu membenci kucing.” Kata Marissa bingung.
“Uhm, sebenarnya aku menyukai kucing dan anjing. Tapi keluargaku selalu melarangku untuk memelihara kucing.” Kata Hadi sambil memberikan kucing itu pada Marissa.
Ternyata kakek Marissa mengikuti Marissa dari belakang. Ia takut cucunya bertemu dengan anak dari keluarga Prakoncodinoto lagi
“Marissa, kau masih saja berteman dengan anak dari keluarga Prakoncodinoto ini.” Kata kakek membentak Marissa.
“Kakek maafkan aku. Mungkin aku ingin berteman dengan Hadi. Aku suka anjing, kucing aku juga suka kakek. Jadi aku ingin berteman baik dengan semuanya.” Kata Marissa.
“Oke.” Kata kakek sambil tersenyum kecil.
“Apa?” Marissa bingung pada kakeknya.
“Sebenarnya kakek tidak mau dibenci olehmu. Jadi kakek memutuskan untuk mengijinkan kalian berdua berteman baik.” Kata kakek sambil menangis
“Terimakasih banyak kek. Aku sayang kakek.” Kata Marissa sambil memeluk kakeknya.
Akhirnya Marissa dan Hadi bisa berteman baik. Hubungan antara keluarga Prakoncodinoto dan Prabowodiningrat pun menjadi baik. Sehingga kota Rivalriesh menjadi kota yang aman dan tidak ada lagi permusuhan.
* * *